Kalimat ini diulang lagi pada peluncuran
tablet iPad. Sekelompok jurnalis yang bertanya padanya bagaimana riset
pasar yang dilakukan Apple, dijawab secara sederhana. Menurutnya, tidak satupun riset dilakukan, dan bukan tugas konsumen untuk tahu apa yang ia inginkan.
Benarkah Apple tidak melakukan riset pasar dalam mengembangkan dan memasarkan produknya?
Tentu saja kita tidak boleh menterjemahkan perkataan pemimpin visionary tersebut secara hitam putih – Just like that.
Itu berarti mengeluarkan esensi makna perkataan dari konteksnya. Ada
gambaran besar yang harus diselami terlebih dahulu sebelum mencerna
potongan kalimat Steve Jobs.
‘We do no market research’ – harus dibaca dengan cara yang berbeda.
Riset sering dianggap sebagai pekerjaan
membosankan, pekerjaan sulit dan juga mahal. Riset konsumen diabaikan
oleh perusahaan karena merasa tidak ada keharusan untuk itu.
Banyak praktisi (yang tidak suka riset), kemudian
justifikasi pernyataan Steve Jobs bahwa riset bukan satu-satunya jalan
untuk sukses di pasar, seolah-olah Apple bisa sukses dengan mengabaikan
aspek yang satu ini.
Gaya Pidato Steve Jobs memang seringkali
menggunakan bahasa hiperbola untuk menarik perhatian audiencenya.
Disadarinya, bahwa untuk mengajak orang lain berubah, harus digunakan
kata-kata bersayap yang secara nyata menggugah orang untuk minimal mulai
berpikir ke arah yang sama.
Audience diharapkan bisa membaca kerangka besar
dari ajakan untuk berubah yang diharapkan oleh Steve Jobs. Yang ingin ia
sampaikan adalah “gunakan kreatifitas dalam riset, think out-of-the
box, jangan mengerjakan riset dengan teknik yang itu-itu saja”.
Kalimat-kalimat datar tersebut ia kemas dengan
pernyataan yang bombastis “We do no research”. Tentu ini membuat
audiencenya ingin mendengarkan lebih lanjut, apakah benar perusahaan
dengan tingkat agresifitas Apple mendisain produk tanpa riset? Hampir
mustahil.
Jadi, apakah Steve Jobs adalah research believer? Tentu
saja. Tetapi, risetnya bukan riset terstruktur yang penuh angka-angka
dan analisa statistik. Pemahaman tentang perilaku konsumen tidak selalu
harus dilakukan dengan survey atau diskusi fokus group yang kering
dengan insights.
Pemahaman konsumen dilakukan dengan pendekatan
antropologi budaya, melihat segala sesuatunya dari kacamata konsumen,
perspektif pengguna. Analisa perilaku berakar pada pemahaman kultur konsumen target audiencenya.
Apple adalah perusahaan yang telah melakukan
pendekatan studi ethnography, terutama untuk disain produk dan
komunikasi brandnya, dan terbukti berhasil.
Riset ethnography dalam konteks pemasaran bisa
dikategorikan sebagai riset kreatif, riset kontemporer. Riset ini
mempunyai kekuatan karena penggalian insights yang mendalam, mencari
problem dan wish list konsumen hingga ke akar-akarnya.
Salah satu riset kreatif yang dikerjakan oleh Apple
adalah dengan melihat langsung interaksi antara konsumen dengan produk.
Dengan teknik usability interview, periset bisa mendeteksi ‘titik-titik
painful’ dari produk tersebut.
Hingga mencapai bentuk dan disain yang ada di
pasar, tentu saja sudah sekian banyak pengguna dan calon pengguna yang
dihubungi perusahaan kaliber Apple dan diminta untuk menilai dan
memberikan masukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar