04 Desember 2012

seputar tv digital gratis lewat pemancar


Berikut ini saya mencoba untuk merangkum beberapa pertanyaan dan jawaban seputar televisi digital teresterial yang sudah mulai siaran di beberapa kota. Semoga berguna.
TV yang kiri belum bisa menerima siaran digital, TV yang kanan sudah menerima siaran digital DVB-T2, dengan tambahan STB yang terlihat di dekat kaki meja bagian kanan diatas tumpukan buku.
T : Apakah tv digital ini gratis?
J : Gratis, alias free to air, yang  berbayar juga ada, contohnya next media
T : Mengapa siaran TV analog diganti dengan siaran TV Digital?
J : Agar penonton di rumah bisa menonton TV dengan kualitas video audio yang lebih baik dan makin banyak saluran TV yang bisa dipilih, bisa sampai 72 saluran TV di tiap kota.
T : Apakah TV lama dengan antena lama masih bisa dipakai
J : TV lama masih bisa disetel sebagaimana biasa untuk melihat siaran tv analog sampai pemancar analog di MATIKAN tahun 2017.
T : Apakah tv lama dengan antena lama bisa dipakai untuk melihat siaran TV digital DVB-T2?
J : Bisa, dengan cara diberi tambahan alat penerima siaran DVB-T2 yang disebut SET TOP BOX (STB).
T : Dimana bisa beli STB?
J : untuk STB DVB-T2, saat saya menulis ini belum banyak dijual umum di indonesia, bahkan hampir bisa dikatakan belum ada yang jual. Tunggu sekitar sebulan dua bulan atau tahun 2013 awal mungkin sudah banyak tersedia.
T : Berapa harga STB
J : Harga STB dikisaran Rp. 100.000 yang paling murah dengan fitur paling minim.
T : Apakah jika saya beli TV baru sekarang ini sudah ada DVB-T2 receivernya?
J : Yang saya tahu di Indonesia belum banyak (jika boleh dibilang belum ada) merek terkenal TV yang sudah include DVB-T2 receiver, jika yang DVB-T saja sepertinya sudah ada.
T : Bisakah TV yang sudah DVB-T untuk menangkap siaran TV digital DVB-T2?
J : Tidak Bisa! Harus yang DVB-T2 receiver untuk menangkap siaran DVB-T2.
Jika ada pertanyaan pertanyaan lain, nanti akan saya jawab dan saya tulis disini sebagai tambahan agar lengkap. Terimakasih.

Tata cara installasi SET TOP BOX untuk menangkap siaran tv digital gratis teresterial

Alhamdulillah kemarin selesai tugas, saya mampir ke pemancar TransTV yang sudah bersiaran digital teresterial DVB-T2 sudah sekitar dua minggu, mungin kisaran awal bulan September 2012 tepatnya. Saya banyak belajar secara layer fisik pemancar digital, karena selama ini saya hanya belajar secara teori, baca-baca dari download bahan di internet.
Jadi untuk pertama kalinya saya melihat pemancar DVB-T2 secara langsung ON AIR dan bisa mempelajarinya bagian per bagian, beruntunglah saya karena kepala transmisi TransTV jogja sangat baik hati mau menularkan ilmunya kepada saya :-D
Untuk pertama kalinya pula saya bisa melihat hasil pancaran DVB-T2 di televisi pemirsa sekaligus membandingkannya langsung dengan pesawat televisi yang masih menerima siaran analog, keduanya mendapatkan masukan dari antena yang sama, sehingga perbandingannya bisa adil. Dan hasilnya jelas sekali bahwa memang siaran televisi digital ini kualitasnya tidak perlu diragukan lagi. Bagus banget video dan audionya dibanding dengan yang analog. Yang analog mayoritas ada bintik bintik dan agak berbayang, atau gambar seperti dobel.
Tulisan saya ini nanti jelas bisa sangat panjang, karena akan saya tulis dan saya beri gambar foto dengan harapan bisa lebih jelas memberi gambaran kepada para pembaca sehingga tidak bingung lagi tentang SET TOP BOX, yaitu fungsi, kegunaan serta cara memasangnya. Saya dulu juga sempat salah, karena saya kira output dari STB masuk ke input antena di televisi, ternyata memakai input AUDIO VIDEO, seperti nyetel VCD lah.
Baiklah langsung kita mulai. Kita perkenalan dulu dengan SET TOP BOX yang saya dapat karena dipinjami sahabat saya di transtv.
Inilah SET TOP BOX (STB)
Foto diatas adalah Set Top Box (STB) ukurannya cuma kecil saja, ada remotenya dan ada adaptor juga ada kabel audio video.

STOP! jangan beli tv baru, kecuali sudah include DVB-T2 receiver

Banyak yang mengira bahwa kalau beli tv yang tipis jenis LED atau LCD itu adalah sudah tv digital. Sama sekali bukan itu yang dimaksud tv digital.
LED, LCD, OLED adalah teknologi layar televisi, yang dahulu pada awalnya layar televisi model tabung yang besar dan cembung, memakan banyak tempat, maka dengan teknologi layar LED, LCD dan OLED bisa menjadi tipis sehingga tidak makan tempat.
Saya yakin belum banyak yang tahu bahwa mau tidak mau pada akhir tahun 2017 (semoga saya tidak salah) pemancar tv analog akan CUT OFF, pemancar analog adalah pemancar tv yang sekarang ini beroperasi yang kita terima gratis di rumah-rumah dengan pesawat tv dan antena. Mulai 2013 pemancar tv digital akan on air, memancar bersama (multicast) dengan pemancar analog. Dan akhirnya pemancar analog akan dimatikan pada akhir tahun 2017, maka tinggal yang ada hanya pemancar tv digital.
Sebenarnya untuk jogja, saat saya menulis artikel ini transtv dan trans7 sudah siaran digital dengan DVB-T2, dengan kekuatan pemancar 2,5 KW, ini kira kira setara dengan 10 KW pada pemancar analog. Jadi sebenarnya masyarakat mulai sekarang sudah bisa melihat siaran tv yang digital, tetapi dengan catatan sudah punya tv yang ada receiver (penerima) standard DVB-T2, bagi yang sudah punya tv dengan DVB-T, tetap tidak bisa menerima, pokoknya harus yang DVB-T2 :-D
Apakah masyarakat harus beralih menonton digital saat ini? Jawabannya adalah TIDAK WAJIB, tetapi bisa. Bisa dalam hal ini kalau sekarang ya harus beli SET TOP BOX (STB) sendiri, STB nya harus yang DVB-T2, STB ini adalah alat untuk menangkap sinyal digital DVB-T2, alat ini diletakkan di antara antena dan tv lama kita. Jangan bingun, kalau beli STB, pasti nanti ada petunjuk pemasangannya :-D
Jadi TV lama dan antena lama kita tetap masih bisa dipakai untuk menonton tv digital dengan tambahan STB ini. Jadi tidak perlu beli tv baru. Tetapi harga STB ini kira-kira 200.000 – 300.000, dan masalahnya saat ini masih sulit mencari penjual STB yang DVB-T2.
Harusnya pemerintah kita meniru pemerintah Jepang, yaitu di toko-toko televisi, semua televisi yang dijual harus diberi stiker keterangan. Misal tahun 2017 akhir tv analog benar-benar CUT OFF, maka untuk yang jualan TV analog harus diberi keterangan sebagai berikut “pesawat tv ini hanya bisa menangkap siaran analog, dan pada tahun 2017 akhir tidak bisa disetel lagi karena pemancar tv analog sudah tidak siaran” 
Lalu untuk pesawat tv digital harus diberi keterangan juga, kira-kira sebagai berikut“pesawat tv ini   dijamin bisa menangkap siaran tv digital teknologi DVB-T2 yang sudah mulai siaran pada bulan november 2012″
Dengan cara tersebut maka masyarakat benar-benar tahu resikonya, misal saat sekarang ini tetep pilih beli tv analog, maka pesawat tv hanya bisa dipakai sampai akhir 2017. Setelah itu harus beli yang tv digital.
Teknologi tv digital ini memang tepat dimulai pada tahun 2013 dan pemancar tv analog tetap siaran sampai akhir tahun 2017, sehingga kita punya waktu 5 tahun  utnuk menghabiskan pesawat tv analog, karena diperkirakan setelah dipakai 5 tahun terus menerus, pesawat televisi akan rusak, dan jika beli pesawat tv baru, maka otomatis beli yang digital saja.
Bagi penonton di rumah, simpelnya teknologi digital ini adalah, penonton di rumah bisa menonton televisi dengan kualitas audio dan video lebih baik daripada yang teknologi analog, jika rumah kita kebetulan jauh dari pemancar tv analog, maka akan banyak semut di tv kita, alias gambarnya tidak bening, hal ini tidak akan terjadi di pemancar tv digital dan pesawat tv penerima di rumah yang sudah digital, hanya ada dua hal, jika mendapat sinyal, maka akan dapat gambar dan usara yang bagus, sebaliknya jika tidak mendapat sinyal, maka tidak bisa sama sekali terlihat siarannya. Satu algi jika saat ini hanya ada 14 tv siaran di Jogja Solo, maka besok akan bisa ada 72 tv, nah bingung kan mau lihat tv mana :-D
Jadi monggo pastikan yang mau beli pesawat tv baru, jangan sampai lalai untuk memastikan bahwa pesawat tv nya sudah ada receiver DVB-T2. Ingat ya harus DVB-T2, bukan yang DVB-T.
Semoga bermanfaat.

inilah alat yang harus dibeli untuk bisa menangkap siaran tv digital gratis DVB-T2

Setelah searching di mbah google, saya mendapat beberapa hasil, yang pertama adalah ini
harus ada keterangan seperti ini kalau mau beli, terutama yang DVB-T2
yang kedua adalah ini :
tinggal colokin ke USB komputer/laptop

Sepertinya para pedagang belum yakin dengan keputusan pemerintah, hai pedagang ayo cepetan kulakan STB yang DVB-T2, iklanin di blog saya juga boleh :-D
Ini tv digital DVB-T2 sudah on air tapi masih sulit mencari STB nya.


bulan november 2012 siap siap nonton tv digital teresterial di jogja

Setelah agak malas menulis, terutama dibidang otomotif roda dua, lagian sudah banyak blogger yang menulisnya :-D saya kembali menulis hal yang sesuai dengan dunia saya saja, yaitu televisi.
Siapa sangka bahwa tv digital teresterial free to air, alias gratis bisa segera dinikmati warga jogjakarta dan sekitaranya, malahan jateng dan jogja. Dahulu pada pesimis kalau tv digital teresterial paling cepat akan on air sekitar 2018-2020, tetapi inilah teknologi yang bagaimanapun tidak bisa dibendung, sementara banyak negara-negara lain sudah beralih ke teknologi digital teresterial, maka mau tidak mau negara kita Indonesia harus segera ikut pula migrasi dari siaran televisi analog teresterial  ke siaran televisi digital teresterial.
Saya mendapat info bahwa metrotv sudah siaran digital teresterial di banyak kota, tapi untuk jogja sepertinya belum. Saat ini semua pemenang tender NETWORK PROVIDER seharusnya memang segera bergegas untuk installasi pemancar digital, yang saat ini diputuskan memakai teknologi DVB-T2. Untuk daerah jogja, yang saya dengar baru indosiar yang sudah datang peralatan pemancarnya, kalau tidak salah dengan kekuatan 5KW. Untuk tvOne sendiri saat ini juga sudah installasi, dan kemungkinan bulan november 2012 ini bisa on-air di jogja, dengan kekuatan 1KW. Untuk diketahui bahwa jateng dan DIY ini satu area layanan, kenapa cuma 1 KW, karena jangkauan 1 KW pemancar digital hampir sepadan dengan 10 KW pemancar analog, padahal di derah magelang sudah ada pemancar sendiri yang malah sudah on air sekitar 2 hari yang lalu dari saat saya menulis ini, sehingga warga magelang besok tidak perlu lagi mengarahkan antena tv nya ke arah Patuk, GunungKidul. Cukup arahkan saja antena warga magelang ke Radio GKL FM, karena disanalah pemancar tv digital tvOne berada. Sebenarnya untuk teknologi digital ini, arah antena di rumah-rumah tidak terlalu dituntut benar-benar mengarah ke pemancar, asal dapat sinyal pasti televisi bisa muncul siarannya. Untuk televisi digital ini nantinya tidak ada lagi gambar semut tidak jelas, kalau bisa menangkap ya akan muncul siarannya di tv rumah, kalau tidak bisa menangkap ya blank.
Teknologi DVB-T2 ini adalah pengembangan dari DVB-T, tentu saja lebih baik yang DVB-T2 yang kualitas videonya sudah MPEG4, dibanding DVB-T yang hanya MPEG2. Sayangnya SET TOP BOX yaitu alat tambahan untuk menangkap sinyal televisi digital lalu dikonversikan ke analog lagi agar bisa ditampilkan di pesawat televisi lama kita di rumah, dengan standard DVB-T2 sepertinya belum banyak dijual, bahkan tv yang include DVB-T2 receiver sepertinya saya cari-cari via google juga belum ketemu. Kemarin saya sempat ketemu box android yang sudah support DVB-T2, seperti lazimnya box tv android yang tinggal disambung ke tv LED (sepertinya kayak gitu saat saya lihat pas pameran di JEC).
Kesimpulannya adalah bahwa dengan teknologi digital ini akan ada enam buahNETWORK PROVIDER yang masing masing bisa menyiarkan konten tv sebanyak 12, sehingga akan bisa ada 72 tv yang bisa sisaran bareng di Jogja saat era digital, dan untuk menangkap siaran tv digital ini harus pakai alat STB DVB-T2 untuk tv-tv lama, atau anda beli saja tv baru yang sudah include receiver DVB-T2, ingat ya yang DVB-T2, bukan yang DVB-T.

era tv digital teresterial dan peluang pemilu 2014

Beralihnya teknologi siaran pemancar tv analog yang dipakai saat ini, dengan diganti memakai teknologi tv digital DVB-T2, maka yang paling kelihatan keuntungannya adalah dengan bertambahnya jumlah siaran tv yang bisa disiarkan dalam suatu wilayah, yaitu ada 72 siaran tv bisa dinikmati oleh pemirsa, yang pada awalnya hanya dibawah 20 tv saat pemancar tv analog.
Jadi hitungan kasar, akan bisa ditampung 52 siaran tv baru di setiap wilayah, dan televisi baru ini tidak perlu mempunyai pemancar, karena pemancarnya cukup sewa saja ke NETWORK PROVIDER yang kurang lebih biaya sewanya adalah kisaran 80 juta sampai 100 juta per bulan.
Lalu apa hubungannya dengan pemilu 2014? mudah saja, televisi adalah media yang paling mudah dinikmati, dan hampir semua wilayah sudah dijangkau. Maka tidak akan heran jika besok prediksi saya akan muncul televisi A, B, C dst yang berafiliasi ke partai tertentu, dan pastinya isinya untuk menaikkan citra dari partai politik atau calon presiden yang diusung, sah sah saja tentunya, namanya juga usaha, dan masyarakat dari sekarang harus sadar informasi, sadar media.
Saya ingat pemilu yang lalu, partai politik dan calon presiden memakai media tabloid untuk mencitrakan partai dan calon presidennya. Jadi wajar bila sekarang melangkah ke televisi untuk melengkapai media sosial network seperti twitter dan facebook.
Jadi mari kita tunggu saja, apakah prediksi saya ini besok menjadi kenyataan atau tidak. Dengan uang 100 juta perbulan, dan punya siaran televisi sendiri, adalah hal yang sangat-sangat murah bagi partai politik atau calon presiden.

Network Provider tv digital teresterial Zona layanan 6 (Jawa Tengah dan Yogyakarta)

Saya fokuskan untuk menulis Zona 6 yaitu area Jogja dan Jateng yang digabung menjadi satu, karena tempat kerja saya di area 6 ini, yaitu di pemancar TV di Jogja bertempat di Bukit Patuk GunungKidul. Sekarang ini saat masih tv analog, Jateng dan DIY terdiri beberapa zona mengingat ada interferensi yang diakibatkan masih memakai teknologi pemancar analog,
Sebelumnya marilah kita membaca pengumuman dari kominfo disini :
Jadi pemenang Zona layanan 6 (Jawa Tengah dan Yogyakarta) adalah :
1. PT GTV Dua (Global TV),
2. PT Indosiar Televisi Semarang (Indosiar Semarang),
3. PT Lativi Mediakarya Semarang-Padang (TVOne Semarang),
4. PT Media Televisi Semarang (Metro TV Jawa Tengah),
5. PT Trans TV Semarang  Makassar (TransTV Semarang).
6. yang keenam sepertinya TVRI, jadi tidak perlu dilelang :-D
Pada era tv digital memang tidak ada tv nasional, adanya tv lokal, sehingga bisa dilihat diatas contoh pemenang kedua adalah Indosiar Semarang.
Lhoh kok cuma ada 6 pemenang dengan TVRI? Lantas apa ini artinya? Artinya adalah untuk wilayah Jateng DIY, besok saat teknologi digital teresterial-free to air digelar, hanya ada 6 tower atau 6 stasiun pemancar tv digital sebagaimana diatas. Lho piye iki kok malah cuma ada 6 tower? malah jadi sedikit dong? Tenang… karena ini memakai teknologi digital yaitu DVB-T2, maka untuk satu tower pemancar, bisa memancarkan 12 konten tv sekaligus. Jadi besok maksimal akan ada 6 tower dikalikan 12 konten tivi = ada 72 konten tv digital yang bisa kita nikmati dirumah kita dengan gratis. Padahal di Jogja saat ini ada 10 tower yang memancarkan 14 tv sebagai berikut :
1. Transtv
2. tvOne
3. jogjatv
4. TVRI
5. indosiar
6. SCTV
7. MNC (satu tower untuk RCTI+MNCTV+GLOBALTV+ADITV)
8. antv
9. trans7 (satu tower untuk trans7 dan kompastv)
10. metrotv
Karena besok hanya ada 6 tower saat digital, maka akan ada 4 tower tidak digunakan, dan kira kira yang akan tidak dipakai lagi adalah sebagai berikut :
1. SCTV (karena satu grup dengan indosiar)
2. antv (karena satu grup dengan tvOne)
3. trans7 (karena satu grup dengan transtv)
4. jogjatv
Untuk MNCjogja tidak menjadi masalah, karena dari awal sudah satu tower digunakan bersama oleh RCTI, GlobalTV, MNCtv dan ADItv. Menjadi masalah bagi yang satu grup tapi punya dua tower, misal seperti ANTV dan tvOne, pastilah harus dipilih salah satu tower dan lokasi pemancar yang paling baik dari keduanya. Kebetulan untuk Jateng DIY yang menang adalah tvOne, maka wajar bila pemancar digitalnya besok ditaruh di  tvOne, begitu pula dengan grup yang lain.
Aturan dari menteri kominfo adalah maksimal hanya 3 slot yang dipakai sendiri oleh pemilik pemancar, yang 9 harus disewakan kepada tv lain, walaupun mungkin itu tv kompetitor. Ini untuk menghindari monopoli.
Baiklah sekarang kita melangkah ke kanal frekuensi yang bakal dipakai tv digital teresterial.
Beberapa hal penting yang diatur dalam RPM ini adalah sebagai berikut:
  1. Pita frekuensi radio untuk keperluan penyiaran televisi siaran digital terestrial adalah 478 – 694 MHz dan digunakan untuk keperluan: penyiaran televisi siaran digital terestrial masa depan ( future plan ) pada rentang frekuensi 478 – 526 MHz ; dan penyiaran televisi siaran digital terestrial penerimaan tetap tidak berbayar (Free To Air) pada rentang frekuensi 526 – 694 MHz.
  2. Setiap penggunaan frekuensi radio untuk keperluan penyiaran televisi siaran digital terestrial penerimaan tetap tidak berbayar (Free To Air) wajib memenuhi ketentuan teknis sebagai berikut: rasio proteksi ( protection ratio ) sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; dan kuat medan ( field strength ) pada lokasi titik pengujian/pengukuran di setiap wilayah layanan dibatasi maksimum 42,6 dbµV/m.
  3. Penggunaan frekuensi radio untuk keperluan penyiaran televisi siaran digital terestrial penerimaan tetap tidak berbayar (Free To Air) di setiap wilayah layanan wajib mengikuti pemetaan kanal frekuensi radio.
  4. Penetapan kanal frekuensi radio untuk keperluan penyiaran televisi siaran digital terestrial penerimaan tetap tidak berbayar (Free To Air) di wilayah layanan yang cakupannya dapat menjangkau negara lain dilakukan berdasarkan koordinasi antara Direktorat Jenderal dengan administrasi telekomunikasi negara yang terkait.
  5. Penyiaran televisi siaran digital terestrial penerimaan tetap tidak berbayar (Free To Air) di suatu daerah yang tidak tercakup oleh wilayah layanan manapun dapat menggunakan Gap Filler pada kanal 46 (670-678 MHz), kanal 47 (678-686 MHz) dan/atau kanal 48 (686-694 MHz).
  6. Penggunaan frekuensi radio untuk keperluan penyiaran televisi siaran digital terestrial penerimaan tetap tidak berbayar (Free To Air) dapat menerapkan teknik Single Frequency Network (SFN) pada kondisi sebagai berikut: pada wilayah layanan tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; atau pada suatu daerah di satu wilayah layanan yang tidak mendapatkan sinyal dengan kualitas baik ( blank spot) .
  7. Setiap alat dan perangkat radio yang digunakan untuk keperluan televisi siaran digital terestrial penerimaan tetap tidak berbayar (Free To Air) wajib mendapat sertifika t alat dan perangkat radio dari Direktur Jenderal.
Untuk satu area layanan tv digital teresterial, diputuskan hanya 6 kanal frekuensi, sedangkan frekuensi yang disediakan adalah
Band IV :  
Nomor
Batas Frekuensi
Frekuensi Tengah
Kanal
(MHz)
(MHz)
1
22
478 – 486
482
2
23
486 – 494
490
3
24
494 – 502
498
4
25
502 – 510
506
5
26
510 – 518
514
6
27
518 – 526
522
7
28
526 – 534
530
8
29
534 – 542
538
9
30
542 – 550
546
10
31
550 – 558
554
11
32
558 – 566
562
12
33
566 – 574
570
13
34
574 – 582
578
14
35
582 – 590
586
15
36
590 – 598
594
16
37
598 – 606
602
Band V :
17
38
606 – 614
610
18
39
614 – 622
618
19
40
622 – 630
626
20
41
630 – 638
634
21
42
638 – 646
642
22
43
646 – 656
650
23
44
656 – 662
658
24
45
662 – 670
666
25
46
670 – 678
674
26
47
678 – 686
682
27
48
686 – 694
690
Penyiaran televisi digital teresterial menggunakan teknologi DVB-T2 dengan teknik SNF (single network frequency), sehingga nantinya untuk Jateng DIY misal sebagai contoh tvOne andaikan dapat kanal 35, maka seluruh Jateng DIY, semua pemancar digital tvOne memakai kanal frekuensi tersebut. Apakah tidak interferensi? Karena sudah digital dan menggunakan teknik OFDM (orthogonal frequency division multiplexing) yang bisa multi carrier system dengan membagi lebar bidang frekuensi yang tersedia (8Mhz) kedalam beberapa frekuensi yang lebih kecil, lalu data ditransmisikan secara pararel, sehingga bisa mengatasi masalah interferensi.
Untuk mengkover Jateng DIY diperlukan beberapa titik pemancar yaitu : Jogja, Purworejo, Magelang, Semarang, Pati, Brebes, Blora, Cepu, Purwokerto. Mirip sekali dengan network planning untuk telepon selular, bedanya kalau untuk selular menggunakan CDMA dan TDMA (gsm), kalau tv digital menggunakan OFDM.
Berikut ini perkiraan saya pribadi untuk pembagian frekuensi untuk tiap tiap daerah, karena saya cari cari master plan SNF nya belum juga saya temukan. kebetulan dulu skripsi saya tentang OPTIMALISASI JARINGAN GSM, jadi sedikit-sedikit saya paham tentang frequency planning.
Misal Untuk Jakarta dan Banten adalah : 22, 26, 30, 38, dan 42 masing-masing pemancar digital akan terpisahkan oleh 3 kanal frekuensi, agar mereduksi kemungkinan interferensi antar pemancar (mohon maaf ilmu saya benar-benar belum mendalam tentang OFDM dan SNF ini)
Jakarta
Jateng
Jabar
Jatim
1
22
33
24
25
2
26
27
28
29
3
30
31
32
33
4
34
35
36
37
5
38
39
40
41
6
42
43
44
45
Lantas bagaimana dengan para pemirsa nantinya saat tv digital ini digelar? Tidak masalah karena pemancar tv analog juga masih hidup, sampai nanti ditentukan MATI (cutt off) jika suatu area sudah siap 100% perangkatnya menerima tv digital. Nantinya kalau saya tidak salah, akan ada pembagian SET TOP BOX semacan konverter untuk dipasang pada tv dirumah yang masih analog agar bisa menerima pancaran tv digital. Letak SET TOP BOX (STB) ini ada di antara colokan antena dan TV analog. jadi colokan ujung kabel antena nanti masuk ke STB, lalu keluaran dari STB masuk ke colokan antena di TV. Tidak merubah apapun, baik tv maupun antena. Cukup tambahkan alat STB ini maka bisa menonton siaran tv digital.
Jika akhir tahun 2012 tv digital sudah benar-benar digelar di Jogja dan Jateng, maka logikanya tahun 2013 mulai dijual tv yang sudah ready untuk menerima siaran tv digital, harusnya tv analog tidak laku lagi.
Akhirnya selamat datang era tv digital di indonesia, Jateng dan Jogja khususnya.
Lampiran

Peluang PH dalam era televisi digital DBV-T2 di Indonesia

Tidak lama lagi, mau tidak mau, Indonesia harus menggelar juga teknologi pemancar TV teresterial free to air alias televisi gratis lewat pemancar menggunakan teknologi DVB-T2, standard yang dipakai oleh mayoritas negara-negara di dunia.
Keuntungan paling gampang dilihat adalah, bahwa besok saat tv digital teresterial digelar, maka akan ada 72 tv bersiaran bersama di tiap wilayah. Bandingkan dengan sekarang yang kisaran 10-15 tv saja per daerah.
Besok saat DVB-T2, ada dua kelompok usaha, yang pertama adalah kelompok perusahaan penyedia siaran, yaitu menyediakan tower dan pemancar disebut NETWORK PROVIDER, lalu ada perusahaan tv yang disebut CONTENT PROVIDER, yaitu penyedia isi siaran. Content provider ini besok tinggal menyewa kepada NETWORK PROVIDER untuk menyiarkan ISI SIARAN TV miliknya. Masing-masing bsia fokus di bidang usahanya, yang network provider fokus menyediakan peralatan pemancar yang bagus, yang content provider tinggal fokus membuat acara yang bagus.
Jadi saat ini untuk tv tv yang siarannya sudah mayoritas acaranya bikinan sendiri, akan lebih siap menghadapi era tv digital. Terutama acara-acara bikinan sendiri yang unggul dan ditunggu pemirsa tv. Jika melihat trend saat ini banyak acara yang hanya mengambil video di youtube, maka tv-tv seperti itu kelak akan kesulitan untuk membuat acara sendiri untuk mengisi 24 jam tayangan tvnya. Kenapa demikian, karena internet makin lama makin cepat, dan orang misal ber hp android akan gampang banget untuk nonton langsung streaming video youtube di hpnya.
Paling menarik adalah dengan 72 TV siaran bareng di tiap daerah, maka peluang PH untuk membuat dan memproduksi sebuah program acara sangat terbuka lebar, bisa dibayangkan sendiri secara hitungan kasar ada 72 X 24 per hari dari tv CONTENT PROVIDER yang butuh acara untuk mereka tayangkan, bisa ambil satu jam saja tiap hari sudah sangat baik. Semua hal mungkin bisa kita kemas menjadi acara yang baik asal bisa mengemasnya dengan menarik.
Inilah peluang nyata bagi orang-orang kreatif untuk segera mulai berpikir dan berkarya, sehingga nantinya saat tv digital teresterial benar-benar sudah digelar, tinggal menawarkan program acara yang sudah dibuatnya, juga membikin acara baru yang dipesan oleh pihak tv CONTENT PROVIDER.
Semangat!

perkembangan tv digital teresterial berdasar info dari twitter menkoinfo

Inilah satu-satunya menteri yang saya follow twitternya, entah menteri lain ada yang punya twitter atau tidak, saya sendiri belum pernah cari tahu, saya mengikuti twitter pak Tifatul Sembiring, karena berhubungan dengan pekerjaan saya di dunia pertelevisian. Jabatan Beliau saat ini adalah menkoinfo, dan beruntunglah banyak kabar tentang perkembangan tv digital teresterial yang beliau share via twitter beliau.
Sebenarnya saya membaca lengkap info twitter beliau di sini :
ketika saya cari cari sendiri di akun twitter pak Tif, ternyata susah, karena pak Tifatul, twittnya banyak sekali :-D hanya ketemu satu dua saja.
Ada 5 twit yang berkaitan dengan perkembangan tv digital teresterial yang saya anggap paling penting, sebagai berikut :
Kep terakhir DVB-T2, ini teknologi mutakhir…RT @arizpradana: dear pak @tifsembiring knp kita pakai standar DVB-T untuk sistem penyiaran TV Digital? mohon penjelasannya :)
Akan dipisah penyelenggara multiplexer (mux) dengan penyelenggara siaran. Tadinya 33 zona, sekarang 15 zona. 1 zona ada 6 mux, 1mux=12 ch
Waktu migrasi dr tv analog ke digital diberikan sampai switch off 2018. Dlm ms transisi, konsumen yg punya tv analog perlu set top box
Keptsn ITU, 17 juni 2015 seluruh tv analog hrs migrasi ke digital. Jadi pabrik2 tv akan produksi tv digital. Gambar bersihn suara bening.
Set top box, smcm decoder dari pemancar digital ke penerima analog. Anak2 smk bilang harganya bisa rp 85.000/unit. Di glodok rp 135.000
Berdasarkan dari lima twitter diatas, maka dapat saya catat beberapa hal penting disini, yaitu bahwa tv digital teresterial (free to air / gratis) yang bakal digelar adalah DVB-T2, yaitu standar eropa yang terkini. Dengan DVB-T2 ini untuk satu kanal frekuensi yang dulunya saat masih analog hanya bisa dipakai oleh satu pemancar televisi, maka dengan memakai teknologi DVB-T2 dengan satu pemancar, satu tower, satu antena, satu kanal frekuensi, bisa disiarkan 12 acara tv (content) sekaligus. Pemancar tv adalah berisi mesin pemancar beserta tower dengan antena dipucuknya yang tingginya rata-rata 100-300 meteran.
Sebagai gambaran untuk Area Jogja-Solo, ada 14 Televisi analog yang mengudara saat ini.
NO
STASIUN TV
KANAL FREKUENSI
1
TVRI
22
2
TRANSTV
24
3
TPI
26
4
INDOSIAR
28
5
ANTV
30
6
RCTI
32
7
SCTV
34
8
GLOBALTV
36
9
TVONE
38
10
RBTV/KTV
40
11
METROTV
42
12
ADiTV
44
13
TRANS7
46
14
JOGJATV
48
Untuk KompasTv bergabung di towernya TRANS7, Sedangkan MNC, RCTI, GLOBALTV dan AdiTV menjadi satu tower di towernya MNCgrup. Sehingga saat ini dengan 14 tv analog hanya ada 10 tower TV yang berada di Jogja-Solo yang terletak di Bukit Patuk GunungKidul. Maka bayangan saya besok saat hanya akan diijinkan 6 tower untuk tv digital, berarti akan ada 4 tower tv yang tidak lagi dipakai untuk siaran tv lagi.
Perlu diketahu bahwa aturan yang berlaku kelak saat tv digital diterapkan, ada dua hal pokok, yaitu penyedia layanan jaringan (NETWORK PROVIDER) yaitu perusahaan yang hanya menyediakan lokasi pemancar beserta mesin pemancar berikut tower dan antenanya dan tentu juga karyawan untuk operasional pemancarnya. Yang kedua adalah penyedia isi tv (CONTENT PROVIDER) jadi semua tv yang sekarang bisa dilihat ini nantinya adalah sebagai content provider yang tinggal menyewa kepada NETWORK PROVIDER untuk memancarkan isi siarannya.
Jika penerawangan saya tidak meleset, saya kira yang saat ini sudah punya tower, nantinya yang memiliki peluang terbesar untuk menjadi NETWORK PROVIDER, dan mungkin harus ganti PT tersendiri. Sebenarnya saat ini ada beberapa grup media yang bisa kita lihat yang tampak di Jogja-Solo.
1. MNCgrup > MNCTV, RCTI, GLOBALTV
2. TransCorp > TRANSTV & TRANS7
3. VIVA > ANTV & tvOne
4. EMTEK > SCTV & INDOSIAR, kemungkinan metrotv ikut gabung grup ini kelak saat digital.
5. KompasTV, ini analisa saya saja, tv baru tapi kuat dalam kapital.
6. TVRI tentu saja karena sebagai lembaga penyiaran publik.
Letak tower tv dan BTS di Patuk Gunungkidul
Selanjutnya mari kita analisa kondisi pemancar tv di jogja.
Jadi ada 6 pemilik tower yang siap menjadi NETWORK PROVIDER. Tapi tunggu dulu, untuk kompastv memang di jogja belum punya tower, sekarang ini jadi satu dengan tower trans7, agak lucu memang yang dulunya trans7 (tv7) milik kompas dijual ke transcorp, tapi sekarang kompastv bikin tv baru lagi, dan menumpang di trans7. Analisa saya bisa jadi transcorp menjual stasiun pemancar trans7 ke kompas, dan nantinya transcorp hanya memakai satu tower asli milik transtv. Ini hal yang pahit tapi bisa saj terjadi. Pahit bagi kami pekerja operator transmisi.
Untuk MNCgrup tidak ada masalah saat beralih ke digital, karena saat inipun mereka sudah menjadi satu lokasi pemancar untuk RCTI, GLOBALTV, dan mnctv.
Untuk EMTEK akan sangat bermasalah karena pasti lumayan bingung memilih mau pakai tower indosiar atau SCTV.
Sama halnya dengan VIVA tentu sulit juga memilih apakah mau pakai tower antv atau tvone.
Tahun ini sepertinya memang kominfo mendorong tv digital untuk segera beroperasi. Sebenarnya bukan hal yang sulit, tinggal memberi keenam grup diatas masing masing satu frekuensi yang tidak terpakai saat ini, yaitu VHF. Sehingga bisa mulai bersiaran digital. Siaran tv digital ini masih bareng dengan siaran analog sampai 2018. Jadi yang masih punya tv penerima analog, masih bisa memakai tvnya sampai tahun 2018, dan yang tvnya rusak ingin beli baru, sebaiknya beli yang sudah support tv digital. Tetapi saya yakin jika semua tv yang acara digandrungi masyarakat sudah bersiaran digital, pastilah masyarakat akan dengan suka rela membeli set top box (STB) yaitu semacam decoder untuk tv lamanya agar bisa untuk menikmati siaran tv digital yang kualitasnya lebih baik, oh iya decoder ini dipasang diantara tv lama dan antena lama, jadi tidka perlu ganti antena di rumah. STB ini sendiri harganya memang kisaran 100rb-300rb, namun tidak menutup kemungkinan jika permintaan banyak, maka bisa ditekan lagi harganya.
Siap menikmati tv digital? sabar ya………
  1. Zona 1: Aceh dan Sumatera Utara.
  2. Zona 2: Sumatera Barat, Riau, Jambi.
  3. Zona 3: Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung.
  4. Zona 4: Jakarta, Banten.
  5. Zona 5: Jawa Barat.
  6. Zona 6: Jawa Tengah, Yogyakarta.
  7. Zona 7: Jawa Timur.
  8. Zona 8: Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur.
  9. Zona 9: Papua, Papua Barat.
  10. Zona 10: Maluku, Maluku Utara.
  11. Zona 11: Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara.
  12. Zona 12: Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara.
  13. Zona 13: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah.
  14. Zona 14: Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan.
  15. Zona 15: Kepulauan Riau.

beli tablet android? tunggu yang ada Special Feature: DVB-T(H.264,MPEG4) built in

Rame ngomongin android di Grup FB koboys, tadi mas Alvian salah satu member koboys dari kota Solo, mengusulkan kepada saya untuk beli Imo X one karena ada fitur tv analognya, yaitu bisa menerima siaran tv analog seperti tv rumah yang pakai antena. Awalnya saya pikir-pikir mau beli IMO z5.
Selanjutnya saya malah kepikiran apakah ada tablet android dengan Special Feature: DVB-T(H.264,MPEG4) built in, yaitu bisa untuk melihat atau menonton tv digital teresterial dari pemancar tv digital teresterial. Kenapa DVB-T? karena untuk tv digital teresterial, indonesia memilih standard DVB-T yang asalnya dari eropa. Sekarang malah sudah sampai DVB-T2 yang memakai format MPEG4.
Setelah googling, surprise, ternyata sudah ada juga tablet android dengan Special Feature: DVB-T(H.264,MPEG4) built in. Artinya dengan tablet android ini, besok kita bisa nonton siaran tv digital dari pemancar teresterial dengan gratis. Saya pernah punya HP merek HT yang ada tv analognya, layarnya kecil sehingga kurang nyaman. Tetapi sekarang dengan tablet ukuran 7 inchi, tentu akan sangat nyaman untuk nonton siaran tv digital di layarnya tablet tersebut.
===============================================================
Specifications
DVB-T(H.264,MPEG4) built in 
Capacitive Screen,Android 4.0 
3G Function, sim card phone call function
PRODUCT: 7 inch android 4.0 tablet pc with built in DVB-T(H.264,MPEG4)
CPU:VC0882 1GHZ
DISPLAY: 7 INCH 800×480
MEMORY: 1 G
HDD: NAND FLASH 4GB
BATTERY: LITHIUM-ION 2800MAH
NETWORK: WIFI (802.11B/G/N)
JACK/CONNECTOR: TF CARD (1G-32G)
TOUCH PANEL: Flat Capacitive SCREEN, 5-point TOUCH PANEL
OS: GOOGLE ANDROID 4.0
AUDIO PLAYER: MP2/MP3/WAV/AAC/WM
VIDEO PLAYER:2160P, JPEG,MPEG4,H.263,H.264,VC1,RV8/9/10,DIVX4/5/6,XVID 
I/O ports:1*SIM card port,1*DC-in jack, 1*HDMI port, 1*Earphone port
1*Mini USB port,1*TF-card port

Special Feature: DVB-T(H.264,MPEG4) built in
Capacitive Screen, Android 4.0
================================================================
Prediksi saya akhir tahun 2012 ini untuk kota-kota besar Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Surabaya, Makasar sepertinya televisi harus sudah memulai siaran DVB-T, tetapi siaran analognya masih harus siaran juga, jadi istilahnyamulticast, yaitu pemancar analog dan digital siaran bareng, sampai batas waktu yang ditentukan maka siaran analog harus CUT OFF alias almarhum alias dimatikan. Misal batasnya tahun 2020 siaran tv teresterial yang analog harus cut off. Hal ini untuk transisi bagi penduduk yang masih punya tv analog, maka masih bisa dipakai sampai tahun 2020, tetapi seharusnya mulai awal tahun 2013 tv analog tidak boleh dijual lagi di kota-kota yang sudah ada siaran digital, sehingga penduduk langsung punya tv digital.
Melihat perkembangan android yang ada Special Feature: DVB-T(H.264,MPEG4) built in ini maka saya yakin siaran DVB-T akan sukses dan akan lebih cepat transisinya, mungkin tidak perlu sampai tahun 2020, siaran tv analog teresterial sudah tidak ada yang nonton lagi, saya bisa prediksi bahkan tahun 2015-2017 mayoritas penduduk sudah punya tv penerima DVB-T dan juga punya tablet android yang ada Special Feature: DVB-T(H.264,MPEG4) built in.
Jadi saya mau tunggu tablet android yang punya Special Feature: DVB-T(H.264,MPEG4) built in. biar bisa nonton tv gratis dimanapun. Dan bagi pecinta bola, ingat lho tahun 2014 piala dunia, hak siarnya oleh ANTV dan tvOne, sehingga bisa nonton gratis piala dunia. Dan saya sendiri yakin 2014 insya Allah DVB-T/T2 sudah on air, jadi gak perlu takut kehilangan momentum siaran piala dunia dari kesebelasan favorit anda. Bahkan mungkin nanti tablet android ini bisa diprogram untuk merekam siaran DVB-T pada jam-jam tertentu sehingga kalau tidak sempat melihat, kita bisa merekamnya.
Inilah masa depan DBV-T yang akan bersinergi hebat dengan android.

6 komentar:

  1. kok isi sm dgn blognya mas hadiyanta ya, COPAS alias jiplak ya?

    BalasHapus
  2. Saatnya memasuki era digital dalam penyiaran televisi, yang membutuhkan STB T2 silakan contact No tlp : 087775093993

    BalasHapus
  3. Dimana beli stb dvb t2 seratus ribuan,,,,,mbok saya di kirimi,,,?

    BalasHapus
  4. Anda bisa mendapatkan siaran tv gratis untuk nonton bola atau film lokal /mancanegara di www.articlestocks.com

    BalasHapus